SCM Music Player

Sunday, 19 January 2014

TEKNIK RADIOGRAFI SKOLIOSIS PROGRAM 



PROYEKSI YANG DIGUNAKAN DALAM PEMERIKSAAN SKOLIOSIS ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
1. AP/PA
2. ERECT LATERAL
3. AP/PA METODE FERGUSON
4. AP/PA RIGHT AND LEFT BENDING
5. POSISI LATERAL HIPEREKSTENSI &  HIPERFLEKSI 

1. PROYEKSI PA/AP

Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi erect atau  recumbent dengan distribusi berat tubuh pada keduakaki  pada posisi erect
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan Mid line
- Tidak ada rotasi tarsal / pelvis jika memungkinkan
- Letakkan lower margin min 3-5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar :
CR  : tegak lurus langsung pada mid point
SID : 100 -150 cm
Kriteria Gambar :
Tampak vertebra  thoracal dan lumbal





 2. PROYEKSI LATERAL ERECT

Tujuan :
Untuk melihat Spondylolisderajat kiposis atau lordosis
Posisi Pasien :
Posisi pasien lateral erect dengan kedua lengan diangkatatau jika tidak tegak,pegangan di depannya.
Sisi cembung pada kurva harus tegak lurus
Posisi Obyek :
- Letakkan pelvis dan tarsal dalam posisi lateral
- Atur mid coronal plane tubuh pada CR dan mid line
- Lower margin minimal 3 -5 cm dibawah setinggi crista iliaka
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus grid
CP : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm
Kriteria Gambar : Tampak vertebra thorakal dan lumbal dalam posisi lateral
                                         


3. PROYEKSI AP METODE FERGUSON
Tujuan :
Metode ini membantu mengkompensasi  perbedaan kelainan bentukcurva
Posisi Pasien :
- Salah satu kaki pasien bisa duduk / berdiri dengan kedua lengandisamping
-Utk kaki yg kedua, letakkan block dibawah kaki ( atau hip jikaduduk) pada sisi cekung curva kaki pasien dapat meneggakkansedikit posisi tanpa assiten.
- Block boleh digunakan dibawah pantat jika pasien duduk atau kakijika pasien berdiri
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line grid dengan kedua lengandisamping
-Tidak ada rotasi tarsal atau pelvis jika memungkinkan
- Batas bawah 3 -5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar:
CR  : Tegak lurus
CP  : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm





4. PROYEKSI AP (PA) RIGHT AND LEFT BENDING 
Tujuan :
Utk menilai space vertebra jika digerakkan
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi erect atau recumbent  dan AP atau PA dengankedua lengan disamping
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line pada grid
- Tidak ada rotasi tarsal dan pelvis jika memungkinkan .
- Letakkan batas bawah 3 -5 cm di bawah crista iliaka
- Dengan pelvis sbg titik tumpu, fleksikan ke arah lateral pada salahsatu sisi
- Jika recumbent gerakkan kedua tarsal dan tungkai sampaimaksimum lateral fleksi
Posisi Sinar :
CR   : tegak lurus
CP   : pertengahan Kaset
SID : 100 – 150 cm
KRITERIA GAMBAR : 
Tampak gambaran AP/PA vertebra thoracal dan lumbaldengan pasien dalam lateralfleksi min 2,5 cm di bawah crista iliaka tampak



5. Posisi Lateral Hyperextensi dan Hiperfleksi
Tujuan :
Proyeksi ini digunakan utk melihat penyatuan spinal fusion
-Dilakukan dengan pasien dalam posisi
( hiperfleksi dan hyperekstensi)


Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi lateral recumbent, dengan kepala diatas bantal dan suportdiantara knee
Posisi Obyek :
- Atur mid coronal plane pada mid line grid
Hiperfleksi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, bending ke arah depan dgn tungkai ke atas
Hiperekstensi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, tarsal dan kedua tungkai ditarik ke posteriorhiperextensi
Tidak ada rotasi thoraks dan pelvis.
Kriteria gambar :
Tampak lateral lumbal dan hiperfleksi dan hiperekstensi



DIGITAL RADIOGRAFI 

Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.

1. Komponen Digital Radiography

Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.

a. X-ray Source

Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.

b. Image Receptor

Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State Detectors.

1) Flat Panel Detectors (FPDs)

FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu

a) Amorphous Silicon

Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film transistor tipis (TFT’s) atau oleh Charged Couple Device (CCD’s). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.

b) Amorphous Selenium (a-Se)

Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang ditangkap dari penyinaran sinar X mealui lapisan selenium. Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan lubang electron. Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.

2) High Density Line Scan Solid State device

Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) tatu Fosfor Cesium Bromida (CsBr).

Detektor fosofor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices (CCD’s). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik radiolog.

c. Analog to Digital Converter

Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.

d. Komputer

Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station.

e. Output Device

Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog.

Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.

Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto melaui teleradiology.

Pesawat Digital Radiography
2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.
credit : http://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/04/computer-radiografi_15.html





A. Pengertian Computed Radiography
Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data gambar (Ballinger, 1999). Dalam Computed Radiography terdapat system komponen utama yaitu, Image Plate (IP), Image Reader, Image Console dan Imager. 


















1) Image Plate 
Image plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan menyimpan sinar-x. 

2) Image Reader 
Merupakan alat untuk mengolah gambaran laten pada Imaging Plate (IP) menjadi data digital. 

3) Image Console 
Berfungsi sebagai pembaca dan pengolahan gambar yang diperoleh dari IP dengan menggunakan optoelectronic laser scanner (helium neon (He-Ne) 632,8 nM). Dilengkapi dengan preview monitor untuk melihat radiograf yang dihasilkan, apakah goyang, terpotong dll. 

4) Imager 
Apabila foto dikehendaki untuk dicetak, maka gambar
dapat dikirim ke bagian imager untuk dicetak sesuai kebutuhan. 

Media penerimaan gambar pada Computed Radiography adalah IP, yaitu sebagai pengganti kaset yang berisi film-screen (Ballinger, 1999). Secara ringkas proses produksi gambar digital pada Computed Radiography adalah sebagai berikut : 

Imaging Plate (IP) diekspose dengan sinar-x, maka akan terbentuk bayangan laten pada IP. IP yang telah diekspose ini dimasukkan pada Image Plate Reader. IP kemudian di scan dengan helium-neon laser (emisi cahaya merah) sehingga kristal pada IP menghasilkan cahaya biru. Cahaya ini kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui Analog Digital Converter ke computer untuk diproses. Setelah gambar diperoleh, IP ditransfer ke bagian lain dari Imaging Plate Reader untuk dihapus agar IP tersebut dapat digunakan kembali. Gambar yang telah discan kemudian dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses lalu ditampilkan pada monitor atau film (Ballinger, 1999). 

B. Keuntungan dan Keterbatasan Computed Radiography
1) Keuntungan Computed Radiography 
Computed Radiography mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan radiografi konvensial, antara lain :
  1. Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-kesalahan faktor teknis. 
  2. Resolusi kontras yang lebih tinggi dan latitude eksposi yang lebih luas dibandingkan emulsi film radiografi.
  3. Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film ( jika gambar tidak ditampilkan dalam hard copy).
  4. Kualitas gambar dapat ditingkatkan. 
  5. Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun penyimpanan elektronik. ( Papp, 2006). 
2) Keterbatasan Computed Radiography 
Keterbatasan dari Computed Radiography antara lain : 
  1. Biaya yang cukup tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware dan software untuk workstation. 
  2. Resolusi spatial rendah. 
  3. Pasien potensial untuk menerima radiasi yang overexposed. Computed Radiography (CR) dapat mengkompensasi overeksposure, sehingga radiografer terkadang member eksposi yang berlebih pada pasien. 
  4. Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan IP yang kurang baik. ( Papp, 2006) credit : http://catatanradiograf.blogspot.com/2011/06/dasar-computed-radiography.html
TEKNIK RADIOGRAFI THORAX

Anatomi daripada thorax pada manusia :





1. FOTO THORAX POSISI PA

  • Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
  • Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan. 
  • FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI 
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...! 

KRITERIA GAMBAR :

  • Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
  • Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong 
  • Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang 
  • Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral 
  • C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat 
  • Tampak bayangan bronchus 
  • Foto simetris 
  • Tampak marker R/ L 




2. FOTO THORAX POSISI AP

  • Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
  • Kedua lengan lurus disamping tubuh.
  • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
  • FFD: 150 cm
  • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
  • Beri marker L / R
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :

  • Tampak gambaran thorax proyeksi AP
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus costophrenicus
  • Dinding lateral tidak terpotong
  • CV TH sampai ruas ke empat
  • Diafragma mencapai iga IX belakang
  • Tampak bayangan bronchus
  • Marker L / R & identitas pasien
  • Foto simetris

3. FOTO THORAX POSISI LATERAL

  • Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
  • Kedua lengan dilipat di atas kepala
  • Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
  • FFD: 150 cm,
  • CR : horizontal
  • CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL: 
  • Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
  • Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
  • Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
  • Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
  • Gambaran bahu tidak menutupi apex paru


credit: http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/teknik-radiografi-thorax.html